Monday, December 18, 2006

Sumber Jambe Love Story Part III

Da-da adik….(lho kok adik? Ya iyalah, lha wong dia anak TK entah kelas A atau kelas B aku tak tahu, pokoke masih kuecil banget) kulambaikan tanganku kearah-nya saat dia semakin menjauhiku, lha kok malah lari.....?” Dasar Rika senengane medeni bocah “ ^_^!!! (bagi pembaca, yang dah penasaran sama cowok di Sujam Love Story 2, n’ dah berpikiran macem2, kasian deh lo ^_^ ha….ha)

Kulanjutkan langkah kaki-ku yang sempat terhenti oleh si bocah TK, kupandangi langit yang biru dan terik-nya mentari yang kian menyengat (jam 7 sujam seakan2 jam 9 sby, jam 9 Sujam seperti jam 12 Sby) wis pokoke puanas banget. Ya iyalah nama-nya juga kebun kayu sengon, jati n’ karet, iya kalau kebun teh atau kopi dan sejenis-nya yang suhu lingkungannya dingin. Setelah beberapa langkah, aku membaca tulisan Balai Kesehatan Sumber Jambe, aku masih bingung, masa’sih disini? Bukannya aku mencari Puskesmas? Sama ngga’ ya? Akhirnya aku tanya bapak satpam yang jaga di pos dekat Balai tersebut,
“Maaf pak mau tanya, puskesmas-nya disebelah mana ya pak?”
“Oo mbak dari FKG ya…itu mbak didepan situ”
“”iya saya dari FKG, makasih ya pak……..” jawabku singkat.
Ternyata benar ”tugas suci-q” bukannya bekerja di Puskesmas tapi di Balai Kesehatan milik perkebunan. Dengan langkah mantap aku memasuki Balai kesehatan tersebut.
”Assalamu’alaikum ibu....saya Rika” kuulurkan tangan berkenalan dengan seorang ibu yang bekerja disana, tepatnya bagian KIA (Kesehatan Ibu-anak)
”Waalaikum salam, saya bu ginem” jawab beliau
” Oiya, saya sudah tahu kok bu dari teman2, maaf bu bapak mantri-nya dimana?” tanyaku
”Mungkin masih dirumahnya mbak, tar lagi datang kok, tunggu aja dulu”
”Iya bu makasih” jawabku singkat.
Setelah panjang lebar berkenalan dengan beliua, aq menuju ke Poli gigi (tempat kerja baru-q sebagai dokter gigi ”karbitan/ pemature”, emang belum sah kok).
Disebelah poli gigi ada loket yang merangkap apotek, penjaga-nya seorang ibu muda beranak satu, nama-nya mbak Yuli. Akupun berkenalan dan ngobrol ngalor-ngidul (segera beradaptasi dengan lingkungan baru) dengan bu ginem, mbak Yuli dan Pak Ponidi salah satu staf pembantu umum Balai Kesehatan.

Hmm kulihat dari jendela bagian belakang balai Kesehatan, ada rumah dinas pak mantri dan kamar2 kosong yang sudah tak terpakai, karena dulu kamar tsb digunakan sebagai rawat inap dan mess mahasiswa FKG yang bertugas disini.

”Mbak dicari pak mantri di BP” kata bu ginem
” Oiya bu, makasih ” dengan membawa surat tugas dari kampus menghadap pak mantri, dalam perjalanan yang hanya membutuhkan beberapa langkah, jadi teringat rasa penasaranku pada pak mantri yang ”kurang disukai oleh teman2ku”. Kupikir kalau aku ngga’ berbuat salah atau aku berbuat baik dengan beliau, Insya Allah ngga’ ada masalah, ya semoga aja demikian.

Kuketuk pintu dan kuanggukkan kepala sebagai tata krama kesopanan, tok...tok ”Assalamu’alaikum, boleh saya masuk pak? ”
” Waalaikum salam, Ooh ya silahkan ” bapak mantri berdiri mempersilahkanku masuk dan mengulurkan tangan untuk bersalaman
Aku-pun menyambut jabatan tangan pak mantri (aku pikir dan yang kupahami, berjabat tangan dengan lawan jenis bukanlah sesuatu yang haram, tetapi hukumnya mubah2 saja. Hanya saja tidak semua kemubahan bisa dan harus kita lakukan, terkadang kita-pun harus menjaga diri kita, kapan kita menerima jabat tangan dengan lawan jenis dan kapan tidak, aku pikir pemabaca-pun mampu untuk memilah2 hal tersebut).
” Rika pak ” kuperkenalkan nama-ku terlebih dahulu
” Oiya silahkan duduk ”
Bla...bla...pertanyaan seputar perjalanan yang melelahkan, pendapat ttg Sujam, program-ku ke depan selama 2 minggu di Sujam, dan pertanyaan2 yang lain, cerita2 kalau beliau baru bulan Juni menjabat sebagai mantri di Sujam jadi belum banyak pengalaman memimpin di balai kesehatan Sujam ini dan baru menikah sekitar 2,5 bulan yang lalu. Bla...bla...panjang deh, inti-nya selamat datang di Sujam, di Balai Kesehatan Sujam, n’ nyantai aja disini, di betah2in anggap refreshing. Aku Cuma tersenyum, dalam hati masih bertanya mampukah aku bertahan di Sujam selama 2 minggu?.

BTW about pak mantri yang masih muda banget itu (sekitar 26-27an), sekilas aku memberi nilai 70 (kumat nih keisengan Rika, 3 C untuk beliau: cool, calm n’ cakep ^_^ tapi sayang dah beristri hua...ha...ngga’ banget deh...huss pikiran kok dibiarin nglantur gini to Rik, Astaghfirullah....aku Cuma iseng aja kok Ya Allah...jangan marah ya...pliz ampuni hamba-Mu yang ngaco’ ini ^_^). aku hanya berpikir apa yang tidak disukai teman2ku pada beliau? Beliau begitu baik, aku tidak merasa diceramahi, beliau sopan, ramah dan yang cukup berkesan, beliau mengatakan bahwa beliau orang-nya kalau ngga’ perlu bicara ya ngga’ bicara, kalau perlu bicara maka ya akan bicara (wah kebetulan sekali pak, itu yang saya inginkan).

N’ than, mbak Yuli mengantarkanku ke kantor perkebunan sebelah mess-ku, aku menghadap bapak Seno sebagai kepala kantor untuk menyerahkan surat tugas dari FKG, kemudian percakapan ringan yang tak jauh berbeda dari sambutan pak mantri. Kemudian aku berkenalan dengan seluruh staf kantor perkebunan, entahlah aku ngga’ hafal nama2 bapak tersebut, terlalu banyak, hanya beberapa gelintir orang yang masih kuingat, ada pak muji, pak puji, pak subandi, karena beliau sering nglembur bersama-ku di kantor untuk mengerjakan laporan masing2.

Setelah dari kantor, aku-pun kembali ke balai kesehatan dan melewati TK, kembali aku mengamati bocah2 TK sambil mencari wajah bocah laki2 yang kutemui tadi pagi ^_^, ternyata pertemuan-ku dengan si bocah pagi itu adalah pertemuanku yang pertama dan terakhir selama di Sujam, karena aku tidak pernah bertemu lagi dengannya T_T, entah aku yang berangkatnya terlalu siang, atau dia yang terlalu pagi?” Entahlah aku belum mendapatkan jawabannya, ”penting ngga’ sih dibahas” ^_^ he...he

Baru beberapa menit mengamati peralatan2 poli gigi yang sangat2 terbatas itu (dibanding FKG yang lumayan lengkap), seorang anak perempuan TK kelas B datang bersama ibu-nya mau mencabutkan gigi anak-nya, gigi 71 n’ 81 (isitilah untuk gigi insisivus pertama sulung kiri-kanan bawah).
”Hmm cabut gigi anak? Wadau gimana nih? Sering-nya sih cabut gigi orang dewasa pakai suntikan anastesi n’ aku sudah melewati klinik Bedah Mulut I dan II, so Insya Allah kalau gigi orang dewasa no problemo, tapi kalau gigi anak2 ini urusan Pedodonsia (kedokteran gigi anak2)dan aku belum masuk kesana, baru semester depan aku mengambil paket klinik itu. Hmm Bismillahirramanirrahim, aku harus bisa, disini ngga’ ada dosen ataupun teman2 yang akan membantuku, tapi disini peranku adalah sebagai seorang dokter gigi, aku adalah pembuat kebijakan atas tindakan yang akan kuambil dan harus mampu bertanggung jawab atas tindakan-ku, Ya Allah.....aku tidak pernah mancabut gigi anak2, Engkau tahu itu Ya Allah, tapi aku-pun tidak boleh menolak permintaan pasien, kumohon Ya Allah beri kemudahan pada hamba-Mu ini. Tak kutampakkan rasa ketidak PD-anku pada pasien dan orang tua-nya, karena akan berpengaruh besar pada psikology sang anak dan ibu-nya. Aku-pun berusaha bersikap profesional, mendiagnosa dgn menanyakan segala hal yang kuperlukan untuk riwayat kesehatan dan rekam medis sebagai pertimbangan tindakan yang akan kulakukan. Hmm Ok, Bismillahirrahmanirrahim, kuajak si anak berbicara ringan, tentang sekolah-nya, kuajak bercanda sebentar dsb (untuk mengalihkan perhatian dia, sehingga berkurang rasa takut-nya pada tindakan ”cabut gigi”)
”Adik ngga’ usah takut ya...bentar, sakit dikit kok (emang nih gigi udah goyang derajat 2, jadi Insya Allah ngga’ terlalu susah untuk mengeluarkannya), tar kalau sakit angkat tangan ya.....”
Dia mengangguk tanda setuju dengan instruksi yang kuberikan
Kuambil chloretyl (anestesi topikal berbentuk spray, suhu-nya dingin) dan tang gigi anterior sulung, kuambil tampon (kasa yang digulung) dan disemprotkan chlorethyl ke tampon tersebut, Bismillahirrahmanirrahim, kuletakkan tampon dingin tersebut pada daerah sekitar gigi 71 dan 81, awal-nya kuambil gigi 71 (insisivus pertama sulung kiri bawah yang sudah goyang derajat 2) kemudian gigi 81 (insisivus pertama sulung kanan bawah yang goyang derajat 1). Syut...nah sudah selesai kata-ku pada gadis kecil itu, nih gigi-nya adik, kutunjukkan kedua gigi yang sudah kuambil, pinter ngga’ nangis....ngga’ sakit kan, lho kok matanya berkaca2 ini kenapa? Sakit ta? Tanya-ku
Dia menggeleng lemah, ”lha terus napa? Takut? ” tanyaku. Dia mengangguk.
” udah gpp, dah selesai kok, ini kapas-nya digigit dulu, sekarang sekolah lagi ya...nih mbak Rika kasih sikat dan pasta gigi (enak ya jadi pasien anak2, dapat bonus terus, ya itung2 sebagai reward atas keberanian dia, n’ biar dia ngga’ takut lagi sama dokter gigi)
” Lho bilang apa dulu sama bu dokter ’ kata si ibu yang mengantarkannya
”makasih bu dokter ” kata si gadis kecil berkepang itu
” Sama2, rajin gosok gigi ya adik....biar gigi-nya ngga’ lubang, ngga’ sakit n’ ngga’ dicabut lagi”
Si gadis kecil itu tersenyum senang sambil memandangi hadiah yang telah kuberikan, mencium tanganku dan berpamitan kembali ke sekolah-nya (TK)
Dan akhir-nya pengalaman pertama mencabut gigi anak2 berjalan dengan sukses berkat pertolongan Allah tentu-nya, karena aku tak akan mampu melakukan itu semua itu tanpa kehendak Allah.
Setelah itu, jam istirahat makan pagi jam 9.30 (kembali ke mess) dan balik kerja lagi jam 10. wah ternyata ketika kembali sudah ditunggu pasien, kalau ngga’ salah ingat pasien tambal 2 gigi, setelah itu berdatangan lagi pasien (aslie pasien minta cabut gigi, tapi karena kemarin malam masih sakit jadi-nya Cuma medikamentosa, pemberian obat saja dan kubersihkan karang gigi-nya), aku pro kontrol 3 hari (suruh datang lagi 3 hari kemudian), tapi kok ya ngga’ datang2. Ya gimana ya...begitu-lah sample gambaran masyarakat kita yang kurang kesadarannya tentang kesehatan gigi dan mulut, orang datang untuk dilakukan perawatan/ minta cabut ketika gigi-nya sakit, setelah ngga’ ada keluhan malah ngga’ balik2, oalah bu...bu piye to. Nah inilah Rik kewajiban-mu sebagai dokter gigi, untuk memberikan edukasi kepada masyarakat ttg pentingnya kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut (dalam batinku).

Akhir-nya pulang kerja jam 13.30 WIB, aku kembali ke mess menantang terik-nya matahari yang tak mau mengalah dengan kedatangan awan mendung ataupun hujan yang sangat dirindukan oleh warga Sujam. ”Huuah panas buanget....bisa2 gosong nih kulit”. Kutundukkan wajah (seperti orang yang sedang mengheningkan cipta atau nyari uang-nya yang hilang ^_^), tapi jujur aku menyerah dari tantangan sang surya ngga’ mau kompromi itu. Sesekali kupandangi pemandangan bukit yang tampak dari balik kantor perkebunan dan kebun2 karet dan sengon yang berhektar2 luas-nya. Hmm kapan2 aku akan masuk ke ”hutan” itu, aku ingin tahu wujud bahan baku karet sebelum diolah pabrik (ya maklum lah gadis metropolis saba hutan belantara, jadi ngga’ tahu apa2, always want to know gitu deh ^_^).

Akhir-nya sampai juga di mess, huaah enak-nya membaringkan badan...capek...(capek-nya bukan karena terlalu banyak pasien, tapi karena terlalu banyak nganggur, jadi agak2 boring deh di balai kesehatan tadi), untung-nya bawa buku ”Di Jalan Da’wah Aku Menikah” jadi-nya waktu-pun berlalu tak terasa setengah buku dah kulahap habis, ampe’ pak mantri menduga kalau aku mo’ merit, karena sering-nya bertemu denganku membawa n’ membaca buku tersebut, he...he...
Benar-kah Rika mau merit? Pantengi aja Sujam Love Story Part IV (met penasaran lagi ye...he...he...)

Wednesday, December 13, 2006

Sumber Jambe Love Story Part II

“Pagi Sumber Jambe”….kubuka jendela kamar, oops ternyata masih gelap, gelaaap sekali. “ Ya jelas masih shubuh Rik “ omel-q, Sang Surya masih bermalas-malasan untuk segera tersenyum pada dunia. Hmm enak-nya habis sholat shubuh n’ mbaca qur’an begini ngapain ya? Untung deh bawa buku n’ novel pinjaman dari teman2 (biar ga’ boring katanya, makasih ya pren2-q), kemarin selama diperjalanan dah 1,5 novel yang kubaca, pagi ini target 0,5 novel harus habis, lhap…lhap…lhap kulahap cepat kata demi kata di novel itu, selesaaaaiiiiii. Emang kalau disuruh baca bacaan ala novel n’ komik cepet-nya bukan main, coba kalau baca buku kuliah atau buku2 islam yang butuh pemikiran ekstra, wuuiiih beraat, ngantuuk, n’ banyak sekali godaan yang menghadang, ngga’ percaya? Coba aja….nih contoh-nya, ngga’ usah jauh2, aq dw! Selama musim ujian bukannya tambah mantengin diktat, eh malah nih diktat2 terbawa mimpi, melayang jauh n’ menyatu dalam alam bawah sadar, syndrome ngantuk selama musim ujian melanda ^_^ he…he (dasar!!!)

Sang Mentari mulai malu2 menampakkan wajah-nya di balik bukit n’ pepohonan Sujam, hmm masih remang2, kubuka pintu kamar….kupandangi setiap sudut mess yang semalam tak sempat kuperhatikan. Ruang tamu yang menyatu dengan ruang makan n’ santai, ada TV 21”, dikelilingi oleh 6 kamar (3 kamar saling berhadapan) hanya kamar no-1 sebelah utara yang berpenghuni makhluk kasar (I’m alone), yang lain entahlah hanya kamar berisi bed2 dan kamar mandi tak bertuan. Kubuka pintu belakang, ada kolam ikan mujair dan koi, menyenangkan bisa melihat ikan2 yang lucu berenang kian kemari seakan2 tak peduli dengan kedatanganku (“ cuek banget sih nih ikan “), “Assalamu’alaikum ikan…kenalin aku Rika, selama 2 minggu aku akan disini, kamu mau kan jadi teman pertama-ku n’ temanku selama aku disini? ”, he..he…ini yang ngga’ beres siapa sih? Kok ngomong2 sama ikan? Ya bagaimana-pun, ikan juga makhluk Allah dia punya naluri juga, mungkin dia bisa merasakan apa yang kurasakan, “sok tahu loh Rik “ ^_^. Sudah ya Kan (panggilan untuk ikan)…aku mo’ jalan2 keluar rumah, pingin tahu ada apa aja disekitar rumah besar ini, Eh iya nih ada kandang burung, si burung kemana ya Kan?, ya…kamu kutanyain juga ngga’ bakalan jawab, kalaupun kamu jawab pasti aku juga ngga’ ngerti bahasa dunia-mu ^_^, bye…bye…Kan aku mo’ jalan2 dulu ya…Assalamu’alaikum”. Kupandangi bangunan sebelah kiri kolam ikan, hmm ada bangunan tapi sepi n’ tertutup, ini pasti rumah bapak manajer. Dibelakang dekat kolam ikan ada dapur yang juga lumayan luas. Ah…dapur tar aja deh aku kesana, ngga’ ada yang banyak kuperbuat pada diri-mu, karena aku juga ngga’ berminat untuk membuat sesuatu, lagian aku juga bukan orang yang hobby masak ^_^ tahu dw kan kalau aq ………….(ssstt off the record, membuka aib diri sendiri ^_^ jadi malu he…he).

Pintu depan kubuka, blak…Subhanallah…pantesan tadi malam nih depan n’ samping kanan rumah gelap banget, lha wong setelah pekarangan kecil dengan beberapa pohon mangga, ketela n’ pisang, ada berhektar2 kebun karet. Kuberjalan mendekati kebun karet, oops ngga’ bisa masuk, ada kawat tajam yang mengelilinginya, tapi seperti-nya ini just mengelilingi sekitar mess ini aja (biar aman), karena kulihat diseberang kebun ada orang yang bisa keluar masuk untuk mengambil getah karet. Kuamati orang tersebut mengambil satu persatu getah karet dalam cawan yang dilekatkan dipohon, kemudian dimasukkan kedalam ember yang dibawa-nya. Kulanjutkan langkah kaki-ku yang sempat terhenti oleh rasa penasaranku dengan aktivitas orang2 di kebun. OK waktu-nya kebelakang rumah, hmm bener2 pekarangan penuh buah, ada pohon mangga’, kelapa, salak, jambu, jambu air, pisang, papaya, dan rambutan. Tapi sayang, ngga’ ada yang masak. Oops ternyata, belakang pekarangan ada kebun kayu sengon, pohonnya tinggi sekali, n’ daunnya ngga’ terlalu lebat seperti karet. Nah…sekarang melangkah ke sebelah kiri mess, ada rumah bapak manajer yang menyatu dengan mess tampak lengang, disamping-nya (depan – kiri) ada kantor yang mulai ramai dengan karyawannya yang berdatangan, hmm nih kantor pagi banget sih buka-nya, ini kan masih jam setengah 6-an, wah orang sini rajin2 ya, ngga’ seperti orang surabaya dan sekitar-nya, tar aja deh aku ke kantor-nya sekalian nyerahin surat “tugas suci”, Ok balik ke mess lewat samping kiri rumah (tadi kan jalannya muterin mess searah jarum jam), Eh ternyata sebelah kiri mess-ku ada kolam ikan lagi, tadi di dalam mess, sekarang di luar mess, tapi diluar ada tamannya lho, eh ada pohon rambutan n’ duriannya juga, tapi sekali lagi, nih pohon emang berbuah tapi belum ada yang masak (belum rizki-ku kali ya…). Kudekati kolam ikan, ada pohon besar dengan bunga yang indah (seperti sakura, tapi berwarna ungu, hmmm so nice), kusapa si ikan “Assalamu’alaikum ikan… wah ikan ternyata kita emang berjodoh ya, kamu juga mau kan jadi temanku selama aku tinggal disini “? ^_^ (kumat lagi nih).

Udah hampir jam 6 nih, aku harus balik ke mess…(Cuma beberapa langkah doang kok), hmm ini bunga apaan ya? Bau-nya haruuum banget, bau aroma terapi lho (tepat depan kamar-ku), pantes tadi malam aku sempat tambah berpikir sedikit parno karena bau-nya yang masuk ke kamar-ku. Ok waktu-nya mandi….masuk rumah aaah. Lho kok sudah ada secangkir teh? Siapa yang buatin? Kulangkahkan kaki ke dapur, ada 2 orang ibu tersenyum pada-ku. Kusapa dulu kedua ibu tadi sambil mengulurkan tangan,
“Assalamu’alaikum, kulo Rika bu mahasiswa FKG. Kalau ibu? Tanyaku
“ bu lastri” kualihkan ke ibu satu-nya “ saya bu Tum “. Ooh inggih2 bu.
“ datang jam berapa mbak? “ Tanya bu lastri
” Jam 11 malam bu, kalian pak munawi, pak wamen n’ bu wamen” jawab-ku
” Lho kok malam banget mbak?” tanya bu lastri lagi
” Inggih bu, pak munawi jemput kulo jam 9 malem, tirose mobil setunggale mantun kecelakaan, dereng mantun diperbaiki, dadosipun pak munawi nyambut mobilipun pak wamen, trus ketemu pak wamen sekalian saking jember nyuwun dijemput di krikilan”
“ oo ngoten, Mbak itu teh-nya diminum ya”
“ Inggih bu, matur nuwun, ibu badhe tanglet, rencang2 kulo riyen berangkat dateng puskesmas jam pinten nggih bu? Puskesmasipun sebelah pundi? ”, kupikir bahasa Jawa akan lebih halus dan lebih sopan untuk bertutur kata dengan orang yang lebih tua, walaupun bahasa jawa-ku juga ngga’ terlalu kromo inggil banget. (Bagi pembaca yang ngga’ bisa berbahasa Jawa atau sedikit lupa dengan bahasa Jawa, tar cari primbon bahasa jawa ya…^_^)
“ Biasae nggih jam setengah pitu mbak2e berangkat, puskesmase sebelah rumahnya bu wamen, depannya pos satpam”.
“ Oo jam setengah pitu nggih, nggih-pun bu, kulo badhe siap2 berangkat” kulangkahkan kaki menjauhi dapur menuju ruang tamu untuk minum teh dan ke kamar mandi, ganti baju, berhias diri dsb. Hmm sudah jam setengah tujuh, sholat dhuha dulu ah setelah itu menghabiskan teh, pakai kaos kaki, sepatu n’ berangkaat…
“ Ibu saya berangkat dulu, Assalamu’alaikum “
“ Waalaikum salam ”, jawab kedua ibu tersebut
“ Eh mbak Rika, sarapan pagi-nya biasa-nya jam berapa?
” Terserah-pun bu, biasanipun rencang2 kulo jam pinten ”
” jam istirahat mbak, jam setengah sepuluh ”
” ooh nggih-pun sami, mboten nopo2, kulo terserah bu lastri mawon” jawabku (padahal sarapan-ku biasae pagi sebelum berangkat kuliah, kalau ngga’ sempat sebelum kuliah, paling juga makan jam 9 sebelum klinik, tapi disini kan status-ku sebagai tamu selama 2 minggu, n’ ngga’ mau ngrepotin orang)
” Sampun nggih bu, Assalamu’alaikum”
”waalaikum salam”

Aku-pun semakin menjauh dari mess, tanah berdebu dan berbatu kulalui, melewati taman depan-kiri rumah, dan kupandangi pohon durian yang berbuah muda, eh ternyata pohon durian itu seperti ini to, baru sekarang aku tahu dalam seumur hidup (ini aku yang ndeso, apa aku yang kekota-en yo, ampe’ ngga’ tahu pohon durian ^_^). Sengaja langkah kuperlambat untuk menikmati pemandangan Sujam, hmm ada kebun rambutan (ngga’ terlalu luas seperti kebun karet n’ sengon yang berhektar2), lagi2 buah-nya masih kecil n’ mungil, ngomong2 dekat mess-ku ini ada pabrik apa ya? Lho kok ada kelapa yang dikeringkan? Bau-nya semerbak...entah-lah aku ngga’ bisa mendefinisikan bau-nya, terlalu rumit antara gurih dan bau aneh yang bercampur jadi satu menusuk hidung ^_^. Kualihkan pandangan ke depan pabrik, ada TK (aku lupa nama-nya, padahal tiap hari kulewati), karena aku terlalu sibuk memandangi anak2 TK yang lucu, bermain ayunan, lompat kesana kemari, kejar-kejaran, melucur di papan luncur, dan bergelantungan di tangga yang berbentuk setengah lingkaran (whatever ya begitulah, aku ngga’ tahu namanya ^_^),” hmm menyenangkan sekali ”...pikir-ku, seakan2 mereka ngga’ punya beban kehidupan. Kulangkahkan kaki menuju puskesmas (asli-nya aku masih belum tahu, puskesmas-nya sebelah mana, walaupun bu lastri sudah memberi tahu, tapi aku blank daerah sini, tadi malam kan datang-nya jam 11 malam, gelap banget, ke rumah pak wamen untuk nurunin beliau aja antara sadar dan ngga’, mana gua tahu puskesmas sebelah mana). Yo wis pokoke melangkah terus, tar kalau tersesat paling juga masih di Sumber Jambe, ngga’ mungkin tersesat di Jakarta, lha wong Banyuwangi di ujung timur jawa mana bisa sampe’ Jakarta ujung barat pulau Jawa...iya kan? He...he.. sambil nyengir karena pikiran aneh tadi, aku tersenyum pada seorang cowok yang lewat di sampingku (emang sejak dari kejauhan tadi kuamati dia yang berjalan sendirian sambil bernyanyi), kulirik dia dan kukasih senyum termanisku ^_^, eh nih cowok malah mempercepat langkah kaki-nya, padahal belum kusapa. Jarang2 lho aku perhatian sama cowok, eh pas aku ngasih perhatian kok dia malah ngacir ya?...hua...ha...ha (dasar Rika, kasian deh lo Rik dicuekin ^_^).

Cowok itu terus mempercepat langkahnya meninggalkanku, sesekali dia balik memandangku, aku-pun juga demikian, ketika tatapan kami bertemu aku kembali tersenyum pada-nya ^_^ (sok genit lo Rik).

Halo….halo….pembaca…apa yang ada dalam benak kalian semua? Apakah Rika sudah lupa dengan idealisme-nya? Atau nih rika emang udah kesamper ”makhluk tak kasat mata” di kebun hingga berubah semakin parah, semakin liar dan semakin rusak aja? Apakah kondisi keimanan-nya sedang meluncur kebawah jurang hingga dia berkeinginan untuk menggoda si cowok?

BTW penasaran sama cowok pertama yang kuberi senyuman termanis di Sujam? Apakah dia yang akan berperan sebagai Kanji Nagao seperti kisah "Tokyo Love Story"? Nantikan serial Sumber Jambe Love Story Part III, dan seperti-nya akan ada Part IV bahkan mungkin Part V dst (nih Part II aja, masih pagi hari pertama). Jadi sabar ya....n’ tetep stay tune in www.rerekaka.blogspot.com, senang deh buat orang penasaran….aQ ucapin selamat berpenasaran ria ^_^ he...he...he

Monday, December 11, 2006

Sumber Jambe Love Story (Part I)

Kalau baca judulnya, jadi ingat drama Asia “Tokyo Love Story” dengan lakon Rika akana dan Kanji nagao, emang sengaja buat judul yang bikin orang penasaran hi..hi. Kali ini pemerannya bukan Rika akana, tetapi Rika (penulis dw). Trus Kanji nagao-nya? Ya pantengin aja kisah2 seru selama 2 minggu di Sujam (Sumber Jambe). OK?

Mungkin aku bukan pujangga yang pandai merangkai kata, tapi apa daya, aku telah berjanji untuk menceritakan pengalamanku selama di sujam. Mulai darimana ya?

H-1, hati berdebar2, pikiran galau, kekhawatiran mendominasiq, what’s happened with Rika? Hii bayangan sujam yang katanya teman2 PKL pendahulu-q yang kebagian tugas disana, sujam dikelilingi oleh kebun (jati, sengon, karet, kakao/coklat, kelapa, mindi dsb), panas, jalan penuh debu dan batu, mess yang sepi dan pak mantri yang sedikit keras dan menyebalkan, semua persepsi awal ttg sumber jambe membuat-q sedikit gusar, mampukah aku bertahan di Sujam selama 2 minggu?

Bismillahirrahmanirrohim, akhirnya hari minggu tanggal 26 nov jam 4.30 WIB aku berangkat naik kereta api, ngga langsung ke banyuwangi, tapi turun di Bangil terus naik bis ke probolinggo untuk jemput kakakku yang mau mengantarkanku ke banyuwangi, trus naik bis lagi ke banyuwangi. bukannya aku ngga’ berani berangkat dw kesana, tapi biasalah ortu berat melepas ananda bungsu tercintanya, ciee he…he…

Sungguh perjalanan yang cukup jauh dan melelahkan, lewat hutan dan gunung di daerah jember, oia ada fenomena yang memilukan hati selama bis berbelok2 ditikungan gunung. Masya Allah banyak sekali pengemis yang berpencar dari atas gunung ampe’ kaki gunung, banyak dari ibu2 muda ampe’ mbah2, n’ ngga’ kalah krucil2 usia TK-SD meminta2 uang di pinggir jalan pada pengendara kendaraan, jumlahnya ngga’ cukup 1-10 orang, tapi buanyak sekali rasanya kalau dihitung, seperti pengemis bedol desa (sekampung gitu), aku hanya berfikir, pernahkah Sby-JK melewati area ini dan melihat penderitaan kaum dhuafa’ yang meronta-ronta dipinggir jalan meminta uang untuk meyambung nasib hidup-nya?

Akhirnya siang jam 1 tet, sampai jua aq di krikilan, katanya sih kalau mau k RS Bakti Husada (Rustida) naik delman, tapi waktu itu ngga’ ada delman, yang ada ojek, akhirnya nyewa 2 ojek, 1 untukku n’ kakak, 1 nya lagi untuk kedua bapak ojek. Bapak ojek sudah melaju kencang, eh lha kok motor yang kunaiki agak eror mana tuh kedua bapak dah ngga’ keliatan batang hidungnya lagi, wah gawat nih tar kalau tersesat gimana, tapi tuh bapak kok percaya ya sama aku n’ kakakku, lha kalau orang yang punya niatan jahat, kan bisa aja tuh motor kami bawa ngacir..he….he

So beberapa menit kemudian, akhirnya ketemu juga sama Rustida, istirahat di Mess Rustida yang sepi n’ lumayan besar, suasananya nyaman, tenang n’ tempat yang cocok untuk menenangkan pikiran, depan an belakang mess ada taman, trus belakangnya lagi ada sungai yang jernih n’ sawah terasering. Pokoknya suasana desa nan permai deh. Hmm ngga’ bisa tidur nih, biasa tempat baru (belum adaptasi, susah tidur, apalagi ngga’ terbiasa tidur siang) jalan2 ke di taman, ke Rustida n’ cari makan di kantin. Awal-nya sih kakakku mau nganterin langsung ke Sujam naik motor ojek (nyewa 2 seperti tadi) tapi bapak ojeknya yang ngga’ sanggup, wah jauh mbak…70 km-an, weeks 70 km?. OK sms Pak mantri kapan aku dijemput, tilulit sms dari pak mantri, mbak Rika yang saya hormati n’ dimuliakan oleh Allah, sabar ya mbak…Allah mencintai orang2 yang sabar. Insya Allah nanti jemputan datang sekitar jam 8 malam. Jadi penasaran nih seperti apa sih Pak Yayan itu? Kalau dari sms-nya sih orang-nya baik, tapi kenapa teman2 pendahuluku jadi sebel ama beliau? Sampai2 semua berpesan, Rika tar kalau bapak-nya mulai nyebelin n’ mulai ceramah, tolong ya kamu wakili kami2 tuk nyeramahin balik beliau, mungkin kalau sama kamu beliaunya ngga’ berani nyeramahin kamu macem2. he..he aku Cuma nyengir aja, semakin penasaran aja nih sama bapak mantri…

Akhirnya kakakku pulang jam 4 sore, ngga’ bisa berlama2 nemenin aku, Bwi-Probolinggo lumayan jauh. Aku antar ke jalan raya dengan jalan kaki sambil menikmati indahnya pemandangan sawah dan gunung, ternyata ngga’ begitu jauh lho. Soale fokusnya ngobrol, cerita2 n’ menikmati pemandangan desa Glen More (bagus ya nama desanya). Nah akhirnya setelah kakak naik bis, aku sendirian, ogah ah jalan kaki naik delman aja, dah lama banget ngga naik delman, akhirnya naik delman/ dokar dari jalan raya ke Rustida, aku nikmati perjalanan, kasihan juga ya nih kuda kok dipecuti terus, ngomong2 tentang kuda aku jadi ingat beberapa tahun yang lalu waktu rekreasi ke Bromo, 1 tahun sebelum Bromo dinyatakan berbahaya, naik kuda ke puncak gunung, orang2 banyak memandang pada-q (Ge-er dikit gpp ^_^), mungkin yang terlintas dalam benak mereka, akhwat berjubah naik kuda….aneh!!!

Di mess sendiri, iiihhh sepi banget, mana cuacanya mendung lagi, jadi pingin nangis hiks…hiks melankolis banget, tapi apa yang membuat hatiku bersedih? Aku ngga’ sedang homesick ataupun merindukan keluarga n’ teman2ku. Aaah aku benci dengan suasana hati seperti ini, sudah cukup aku ngga’ mau mikirin yang ngga’2 n’ diluar kuasa-ku, Allah help me pliz…pliz buang semua pikiran yang membuatku sedih. Lho kok aku jadi nangis sih…Oh, no! Cukup Rik, jangan perturutkan perasaanmu yang ngga’ layak n’ ngga’ jelas itu, berpikirlah dengan jernih, dewasa, tenang seperti biasanya kau menghadapi setiap permasalahanmu, OK? OK! (ngomong2 dw nih ceritanya di mess kaya’ orang gila ^_^ he…he)

Adzan isya’-pun berkumandang, Ya Allah menunggu jam 8 aja kenapa lama-nya seperti sehari? Aduh cepetan po’o (mulai ngga’ sabar nih). Tok..tok mbak makan dulu, oia pak dimana? Disana , kata bapak penjaga mess2 (sambil menunjuk satu ruangan yang terang n’ ada suara TV). Aku masuk ruang makan, oops ada seorang dokter usia 30an yang sedang nonton TV, wah gimana nih jadi ber2-2an nih sama nih dokter, cepetan rik makannya n’ segera balik ke mess( dalam hati). Eh lha kok nih dokter malah ngajak ngobrol ngalor-ngidul, yang cerita kalau bliau adalah PPDS Unair, ngga’ bisa pulang karena jaga pasien, teman2 yang lain dah pulang, rumah beliau di sby, trus cerita kalau beliau punya istri drg, tapi PP kerja Sby-Bojonegoro tiap hari, punya 2 orang anak yang masih kecil. Wah ceritanya semakin melebar n’ memanjang aja nih dokter. Aah pusing, aha alasan siap2 mau dijemput aja deh biar aku selamat dari forum khalwat ini. (maaf ya dok ^_^)
Jam 8 lewat 15 menit, kok belum datang juga ya? Waktupun berlalu, jam 9 malam akhirnya datang juga yang menjemputku, nama beliau bapak Munawi dengan membawa mobil Taft, hii apakah aku akan ber2 dengan pak Munawi? (tanyaku dalam hati). Aku duduk di depan, kubuka jendela lebar2, (Ya Allah aku tahu, tidak seharusnya aku berdua dengan pak Munawi, apalagi malam hari, tapi sungguh saya terpaksa Ya Allah ampuni aku). Tapi alhamdulillah pertolongan Allah datang, di jalan raya bertemu bapak n’ ibu wakil manajer yang dari Jember ikut bersama kami. Huuua lega deh.

Perjalanan Rustida-Sujam memakan waktu 2 jam, setelah ngobrol di mobil sama pak n’ ibu wamen (wakil manajer), aku capek n’ ngantuk banget…akhirnya akupun tertidur. Sampai ditengah kebun antara setengah sadar n’ ngga’ sadar aku merasakan bahwa jalan jalan brliku2, bergeronjal2 ala paris dakkar (tubuhku bergoyang-goyang ke kanan ke kiri dan terpental, tuing2, aduh nih perut rasa-nya diaduk2, diluar mobil begitu sepi, begitu gelap, tak ada satupun lampu kecuali lampu mobil yang menyinari, aku pejamkan mata n’ membiarkan alam bawah sadar memikirkan hal lain selain jalan yang sedang kutempuh ini, mengalihkan perhatian). Jam 11 malam akhirnya sampai juga aku di mess setelah mengantar bapak n’ ibu wamen ke rumah beliau. Wah mess-nya pojok dw, sepi, depan n’ samping kenapa gelap bgini ya? Aah ga’ mau tahu deh, aku dah capek, pingin segera bobo’. Sekilas aku hitung kamar mess, ada 6 kamar n’ aku dikamar depan, kubuka pintu kamar...hmm lumayan besar dengan 1 bed ukuran nomer 2, 1 lemari, 1 meja rias, 1 meja n’ kursi, dan 1 kamar mandi dalam. Kuletakkan tas n’ segera ke kamar mandi untuk cuci muka n’ gosok gigi plus wudlu. N’ than aku baringkan tubuhku yang rasanya sudah nggak kuat lagi untuk beraktivitas yang lain selain tidur. Kucoba pejamkan mata, eeh ni mata kenapa ngga’ mau diajak kompromi, bukannya tadi dah ngantuk berat n’ badan dah capek, kok sekarang malah merem – melek ngga bisa tidur, perlu adaptasi nih. kupandangi setiap sudut kamarku, ih kenapa nih pikiran jadi parno gini ya? Ya Allah lindungi hamba-Mu ini dari setiap hal2 yang membahayakan diri dan jiwaku dari makhluk2Mu. Aku baca Al-qur’an bukan untuk mengusir penghuni disini, tapi untuk menenangkan hati dan pikiranku. Kalau aku ngga’ berbuat macam2 yang mengganggu ”penjaga dan penghuni disini” Insya Allah aman, dan aku pasrahkan semua keselamatan dan perlindungan diriku hanya pada-Mu semata Ya Allah. Akhirnya akupun terlelap tidur..zzz...zzz...zzz

Bersambung dulu ya...nantikan kisah selanjut-nya di Sujam Love Story Part II ^_^

BHMN UNAIR?

BHMN merupakan format baru pengelolaan kampus yang menjadi idola dikalangan PTN (perguruan tinggi negeri) saat ini. Bergengsi mungkin itulah yang sering disebut-sebut setelah PTN mendapat status baru tersebut. Unair sebagai universitas yang menjadi corong pendidikan tinggi di Indonesia Timur pun berupaya mendapatkan status tsb. Hasilnya, 14 September lalu, kampus tercinta ini resmi memperoleh gelar BHMN.

Dengan BHMN, artinya pemerintah telah memberi otonomi (baca : kebebasan) kepada kampus dalam mengambil keputusan dan merumuskan kebijakan yang menyangkut pengelolaan administrasi, pendidikan, penelitian, termasuk pendanaan dan kerjasama dengan pihak lain tanpa campur tangan pemerintah. Pemerintah tampaknya ingin berlepas tangan dan menjadi agensi neoliberal di tanah air; alokasi dana 20% dari APBN pun tidak jelas pos pos alokasi dan realisasinya. Wajar kiranya muncul kritik dan protes keras dari para mahasiswa di beberapa PTN yang telah di-BHMN-kan terlebih dahulu seperti UI, UGM, ITB dan IPB karena kampusnya menjadi semakin komersial. Faktanya bisa dilihat melalui mahalnya biaya pendidikan di kampus-kampus tersebut.

Hal lain yang perlu dicermati terkait status universitas BHMN ialah masuknya pihak-pihak non pendidikan kedalam universitas sebagai pengawas, masuknya dana dari sang pengawas, masuknya program-program “asing” sebagai konsekuensi pendanaan dari sang pengawas, maupun bentuk kerja sama lain yang tidak jelas (karena minimnya akuntabilitas)

Yang tak kalah berbahaya-nya, universitas dapat bersifat korporasi : rector adalah CEO, mahasiswa adalah konsumen. Bahkan, pendidikan akan menjadi tidak merata; hanya dimiliki oleh orang kaya, orang pintar, ataupun yang potensila menjadi pintar. Orang biasa dan tidak mampu, akan kesulitan mengenyam pendidikan tinggi. Bisa saja ada yang berdalih bahwa mereka masih bisa bersekolah di tingkat dasar dan menengah melalui jaminan pemerintah (seperti Kejar Paket, Bina Keterampilan Bekerja, dll) tetapi seperti apakah kualitas pendidikan dasar dan menengah kita???

Selain itu output dari universitas hanya ditujukan sebegai pemenuhan kebutuhan pasar tenaga kerja, bukan untuk meninggikan martabat bangsa Indonesia, bukan untuk mengentas kemiskinan, bukan pula untuk memberantas kebodohan.

Dalam konteks individu, pendidikan termasuk salah satu kebutuhan asasi manusia. Sebab, itu jalan yang lazim untuk memperoleh pengetahuan atau ilmu, sedangkan ilmu akan menjadi unsure utama penopang kehidupannya. Oleh karena itu, islam tidak hanya mewajibkan manusia untuk menuntut ilmu, tetapi juga memberi dorongan serta arahan agar dengan ilmu itu manusia dapat menemukan kebenaran hakiki dan mendayagunakan ilmunya diatas jalan kebenaran.

Bagi sebuah masyarakat, pendidikan mempunyai peranan vital. Pendidikanlah yang memungkinkan pelita pemikiran suatu masyarakat menyala terang. Pelita pemikiran itu tak ubahnya laksana ruh yang memberi jalan hidup bagi masyarakat untuk tumbuh dan berkembang melintasi zaman seraya mewujudkan kemajuan dan kemakmuran.

Atas dasar itu, Islam menggariskan bahwa setiap individu diwajibkan untuk menuntut ilmu. Pada saat yang sama, Islam mewajibkan Negara menyelenggarakan pendidikan atau wajib belajar tanpa memungut biaya kepada seluruh rakyatnya, dari jenjang pendidikan terendah hingga jenjang pendidikan tinggi. Pemerintah harus memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siapa saja yang berminat dan punya kecakapan intelektual, tidak menetapkan syarat-syarat yang menyulitkan, minim biaya dan tanpa membatasi usia.

Adapun berkenaan dengan kurikulum strategi, dan tujuan pendidikan , islam menetapkan prinsip yang sederhana tapi sangat tegas dan jelas. Kurikulum pendidikan harus berlandaskan Aqidah Islam, karenanya seluruh materi pembelajaran atau bidang studi serta metodologi penyampaiannya harus dirancang tanpa adanya penyimpangan dari asas tersebut sedikitpun. Strategi pendidikan diarahkan pada pembentukan dan pengembangan pola piker dan pola jiwa islami. Semua disiplin ilmu disusun berdasarkan strategi tersebut. Membentuk kepribadian islam dan membekali individu dengan berbagai ilmu dan pengetahuan yang berhubungan dengan kehidupan manusia merupakan tujuan asasi dari pendidikan.

Seluruh penjelasan diatas secara praktis telah pernah diterapkan di masa kejayaan islam sejak masa Rosulullah SAW dan berlanjut hingga masa kekhilafahan setelahnya. Sejarahpun mencatat dengan tinta emas, keberhasilan yang gemilang dari penerapa sistem pendidikan islam oleh penguasa muslim di masa lalu. Peradaban yang dihasilkannya belum tertandingi oleh bangsa manapun hingga kini. Hanya saja, ketika secara perlahan sistem pendidikan islam ditinggalkan dan dicampakkan oleh umat islam, maka keterbelakangan menyergap kehidupan mereka hingga hari ini.

Nah, bagaimana dengan BHMN UNAIR? Solutifkah atau justru akan menjadi alat penyalur dan penyokong keserakahan kapitalisme? Waspadalah!!!

No Entry 4 Bush

Sebenarnya tulisan ini dah dibuat beberapa minggu yang lalu, tapi karena beberapa kesibukan n' kepergianku ke belantara hutan banyuwangi selama 2 minggu membuat tulisan ini dipending untuk dimuat di blog, tapi bagaimanapun juga, walaupun dah terkesan lama, dan berita ttg kehadiran Bush ini telah berlalu, tapi kita harus tetap waspada terhadap tindakan yang dilakukan oleh Bush dan sekutu-nya. Oleh karena itu, walaupun isu2 yang beredar di masyarakat dah silih berganti dari kasus Maria Eva dan Yahya Zaini, ataupun masalah poligami yang dilakukan oleh Aa' Gym, janganlah kita terlena dan terpalingkan dari tugas kita untuk selalu mengontrol dan mewaspadai tindakan pemerintah Indonesia jangan sampai "intervensi asing" terutama dari negara berideologi kapitalis masuk ke dalam pemerintahan Indonesia.

Headline media massa beberapa hari yang lalu tidak henti-hentinya mengupas kedatangan sang maniak perang, George W Bush, yang hanya 6 jam. Tidak sedikit kocek yang dirogoh demi “tamu istimewa”; 6 milyar bukan nominal yang kecil bagi negeri yang sedang mengidap krisis multidimensi separah Indonesia. 6 milyar adalah harga yang terlalu mahal untuk sebuah hajatan dengan durasi 5-6 jam. Polisi dibantu TNI-pun telah siap dengan segala kemampuan supermaksimal yang dimiliki untuk menjadi pengawal Bush; frekuensi udara diamankan dan jaringan komunikasi dirancang khusus yang semuanya tentu akan menguras perhatian dan dana yang tidak sedikit. Seketika itu, Indonesia akan tampil layaknya Negara yang tanpa masalah, jauh dari kesempitan hidup, bebas dari utang, kemiskinan, kelaparan, pengangguran dsb. Namun, satu hal yang tidak bisa disembunyikan bahwa penduduk Indonesia, terutama umat Islam, tidak suka dengan kedatangan Bush dan menginginkan presiden koboi itu pergi seketika dari Indonesia.

Fakta membuktikan, selama ini Bush banyak melakukan kejahatan kemanusiaan di Afghanistan, Irak, dujungan penuh serangan Israel ke Palestina dan Libanon, maupun ditempat2 lainnya. Bush telah melukai hati kaum muslimin. Tidak berlebihan jika berbagai elemen masyarakat menolak kedatangan orang no satu Uncle Sam tersebut. Meski begitu, ada saja segelintir orang dan LSM yang mendukung kedatangan Bush, bahkan menganggapnya sebagai tamu yang harus dihormati.

Kunjungan Bush ke Indonesia membahas bermacam agenda ; masalah kesehatan, pendidikan, kerjasama di bidang energi, penanganan bencana alam, dan tentu saja pemberantasan terorisme (walaupun sebelumnya ada pejabat Indonesia yang menyatakan bahwa agenda pembicaraan antara kedua kepala Negara hanya menyangkut “soft power” dan masalah terorisme tak termasuk dalam agenda mereka). Berbagai janji pun diobral oleh Presiden Bush, misal “Amerika serikat siap sharing teknologi untuk energi alternative terutama biofuel”, AS juga bersedia mendukung pembangunan sistem peringatan dini untuk tsunami”, AS akan membantu memberantas wabah flu burung” “bantuan AS sebesar 150 juta dollar untuk mendukung kelancaran program Indonesia Education initiative, dan seabrek janji muluk lainnya. Padahal, banyak hasil pembicaraan dan janji dari orang nomor satu AS itu tak terbukti, hanya omong kosong. Lihat saja, misalnya, hasil pertemuan Bush dengan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Hasyim Muzadi) dan pimpinan pusat Muhammadiyah yang saat itu dipimpin oleh Syafi’I Maarif tahun 2003 di Bali. Dalam pertemuan itu, Bush menjanjikan antara lain, akan menjadikan Indonesia sebagai moderator di Timur Tengah; yang terjadi adalah Bush justru menambah “amunisi” di Timur Tengah.

Dino patti Djalal mengeluarkan statement bahwa Indonesia mempunyai agenda yang ingin dicapai melalui pembicaraan dengan Presiden AS itu, tetapi perlu dikritisi sejauh mana Indonesia bisa mendesakkan agendanya dihadapan Bush. Bahkan, sekiranya pun Bush meluluskan permintaan dari pemerintah Indonesia, hal tersebut harus tetap diwaspadai ; pasti ada udang dibalik batu!

Berbicara tentang AS, berarti kita sedang berbicara tentang sebuah Negara berbasis ideologi kapitalisme. Dengan memahami karakter ideology yang dianut oleh sebuah Negara, termasuk AS, kita akan mengerti bahwa misi hegemoni dan eksploitasi merupakan sebuah keniscayaatn bagi AS. Melalui misi hegemoni, AS tidak akan berhenti menjajakan prinsip/ nilai yang mereka anut dalam segala aspek, baik politik, ekonomi, dan budaya (baca ; demokrasi, kapitalisme, dan liberalisme) ; misi eksploitasi AS akan menggiring kebijakan, strategi, dan maneuver yang dilakukannya untuk penguasaan sumber daya-sumber daya ekonomi. Misi hegemoni dan eksploitasi itu akan diterjemahkan oleh mekanisme baku (thariqoh) yang berujung pada imperialisme ; awalnya mungkin melalui bentuk diplomasi, lobi-lobi dalam jeratan MoU atau Lol (utang), sebagaimana yang dipraktekkan di Asia Tenggara, tetapi jika dengan itu dianggap tidak efektif maka pola imperialisme (penjajahan) dengan berbagai jargon seperti war on terrorism dan isu nuklir akan menjadi pilihan selanjutnya. Gambaran itu direalisasikan secara jelas oleh kebijakan AS di Timur Tengah saat ini, baik Afghanistan maupun di Irak.

Menaruh prasangka buruk bahwa pasti ada agenda jahat dibalik kunjungan Bush adalah sebuah keharusan (karena kalau tidak, berarti kita benar2 bodoh). Kata Wapres ; “kunjungan ini bermakna strategis”. Dari segi ekonomi, Indonesia dengan penduduk 220 juta jiwa adalah pasar yang menggiurkan untuk produk AS. Bukankah selama ini pemerintah AS masih sering mengeluhkan kondusivitas investasi di Indonesia? Selain itu, AS ingin mengokohkan peran Indonesia dalam membantu menghalang-halangi kebangkitan Islam melalui kedok pemberantasan terorisme.

Sekali lagi kunjungan Bush ke Indonesia tentu bukan hanya kunjungan biasa, tidak terlepas dari kepentingan strategis Amerika di kancah internasional, dan bukan tanpa kompensasi; kita tahu bahwa watak kapitalis tak akan berubah sebagaimana slogan yang kerap mereka koarkan ; there is no such thing as a free lunch 9tidak ada makan siang gratis).

Pemerintah saat ini telah banyak kehilangan kepercayaan dari masyarakat akibat banyaknya kebijakan yang menyengsarakan dan diperlukan adanya pemulihan. Namun, bersikap simpatik pada bangsa trouble maker yang membuat jutaan umat di negeri ini terluka merupakan sebuah pukulan yang jauh lebih telak bagi masyarakat yang hanya akan membuat luka yang lebih dalam. Pada waktu itu, kepercayaan akan semakin luntur yang tentu akan berimbas pada instabilitas. Sadar atau tidak, bangsa ini telah terjebak dalam orbit kepentingan global AS. Demi mandapatkan wortel (carrot) dan menghindari pentungan (stick) AS, kita telah kehilangan harga diri sebagai sebuah bangsa. Jika seperti ini, yakinlah bahwa selamanya status Negara ini akan tetap sebagai pecundang peradaban, bukan bangsa yang bervisi besar dan mulia. Padahal, sebenarnya potensi untuk itu ada pada kita, selama kita sebagai Negara berani bersikap, berani melawan AS, berani menolak anutan nilai yang dibawa oleh AS, berani melakukan sebuah gebrakan untuk sebuah Indonesia baru yang mandiri berbasiskan ideology Islam (bersumber pada hukum Allah), dan berani mengatakan no entry for capitalism and secularism!!!