Friday, September 15, 2006

Bush Akui Penjara Rahasia CIA

WASHINGTON -- Presiden AS, George W Bush, akhirnya mengakui Badan Intelijen AS (CIA) mempunyai sejumlah penjara rahasia. Ini merupakan kali pertama Bush mengakui keberadaan fasilitas tersebut.

Negaranya, kata Bush, mempunyai 14 tahanan bernilai tinggi di sejumlah lokasi rahasia di seluruh dunia. Mereka kini telah dipindahkan ke kamp Guantanamo. Selain mengakui keberadaan penjara rahasia itu, Bush juga membela penggunaan teknik interogasi melalui penyiksaan.

Ia beralasan, dengan teknik itu para tahanan menjadi buka suara. Dan dengan diperolehnya informasi dari mereka, kata Bush, justru membantu menyelamatkan banyak nyawa. Namun, Bush enggan menjelaskan teknik interogasi dengan kekerasan itu secara detail.

''Karena jika saya menjelaskan itu, hanya akan membantu teroris untuk belajar bagaimana melawan pertanyaan dan menahan informasi dari kami. Sedangkan informasi itu diperlukan untuk mencegah serangan baru atas negara kami,'' kata Bush dalam pidatonya usai pertemuan kabinet di Gedung Putih, Rabu (6/9) waktu setempat.

Bush malah mendesak Kongres AS mendukung usahanya untuk mengadili para tahanan yang berstatus war combatant. ''Kita butuh alat untuk memenangkan perang melawan teror,'' katanya. Kebijakan AS terhadap tersangka teroris banyak menuai kecaman pedas dari pakar hukum maupun aktivis HAM. Tidak hanya terhadap teknik interogasi kritikan itu ditujukan, tapi juga tak adanya proses dan akses hukum bagi para tersangka.

Sejumlah pengamat politik menilai pernyataan Bush itu untuk mendongkrak popularitasnya menjelang peringatan lima tahun peristiwa 11 September 2001. Selain juga guna keperluan mengerek perolehan suara Partai Republik yang terancam kehilangan kursi menjelang pemilu parlemen November mendatang. Sebelumnya, Dewan Eropa menunjuk Dick Marty untuk menyelidiki kebenaran penerbangan rahasia AS yang mengangkut para tahanan di sejumlah penjara tersembunyi di wilayah Eropa. Atas pernyataan Bush itu, Marty belum merasa puas. Masih banyak hal lagi yang harus diakui Bush.

Menjelang dan sesudah pernyataan Bush itu, kata Marty, sejumlah dubes dipanggil oleh Deplu AS. Pembela hukum senior Deplu AS juga mem-briefing wartawan asing di AS. Sementara Menlu AS, Condoleezza Rice, kebagian tugas menceramahi pimpinan Komite Federasi Palang Merah Internasional. ap/afp/lan [Republika, Jumat, 08 September 2006]

No comments: