Friday, September 15, 2006

Marhaban Yaa Ramadhan

Ramadhan Momentum Penegakkan Syariah
Buletin al-Islam Edisi 322

Marhaban, ya Ramadhan. Tak terasa, kita akan menemui kembali bulan suci Ramadhan. Semua ini adalah kebesaran dan kuasa Allah. Sungguh, perjalanan waktu kadang melenakan dan membius kita dalam hal-hal yang tiada memberikan harapan. Kita sering lupa atau bahkan kadang 'berani' menentang larangan dan melanggar perintah-Nya. Kadang pula di hati kita terbersit rasa telah 'berbuat banyak' bagi agama-Nya, padahal sebenarnya tidaklah seberapa jika dibandingkan dengan apa yang diberikan para Sahabat dan shalafush-shâlih. Kadang pula kita tidak merasa telah menjadi 'penghambat dan beban' roda dakwah. Kita masih sering melupakan dakwah penyebaran Islam. Namun, kita justru merasa telah berkonstribusi banyak terhadap perjuangan penegakan syariah. Kadang pula kita pun merasa telah begitu banyak berkorban, baik harta, waktu, tenaga dan pikiran. Namun sebenarnya, semua itu belumlah cukup dibandingkan dengan pengorbanan para pejuang Islam sebelumnya. Infak kita masih begitu sedikit jika dibandingkan dengan pengeluaran untuk belanja kesenangan kita. Waktu tidur kita masih lebih banyak jika dibandingkan dengan waktu dakwah kita. Pikiran kita masih lebih banyak disibukkan oleh beban pekerjaan daripada beban dakwah.


Kadang bibir kita tak pernah kelu berucap mempertentangkan dakwah dengan pekerjaan. Dakwah bukan lagi menjadi 'poros' hidup, namun hanya sekadar menjadi pekerjaan 'sambilan' yang tidak memerlukan keseriusan perhatian. Kadang ada pula yang secara sadar menentang penegakkan syariah Islam. Mereka mengatakan bahwa syariah Islam saat ini sudah tidak relevan lagi, tidak cocok untuk kondisi saat ini; atau syariah Islam bukanlah solusi universal bagi problem yang sedang dihadapi oleh masyarakat dunia saat ini. Ada juga yang dengan berani 'memelintir' nash-nash yang ada, menafsirkannya sesuai dengan kehendak akal. Akibatnya, yang dihasilkan bukan lagi tafsir, tetapi 'racun' bagi pemahaman umat Islam. Sungguh, kita telah melupakan Allah SWT.


Namun, walau kita telah berbuat aniaya sebegitu jauhnya, Allah SWT tetap melimpahkan kasih dan sayang-Nya kepada kita. Buktinya, Allah tetap mempertemukan kita dengan bulan suci Ramadhan yang di dalamnya ada malam yang lebih utama dari seribu bulan dan masih banyak keutamaan lainnya. Sungguh, hanya orang-orang yang tidak berakal dan berperasaan yang tidak mampu menghayati betapa besar kasih Allah kepada hamba-hamba-Nya.


Sayang, tatkala mengisi hari-hari di bulan Ramadhan, kita masih sering terjebak pada aktivitas ritual/rutin/seremonial semata. Pagi sampai sore berpuasa dan malamnya melaksanakan shalat tarawih. Hanya itu saja. Tidak ada proses 'penggemblengan' diri menuju pribadi yang berpikir dan berjiwa islami. Sikap dan perilaku masih sekular; mencerminkan pemisahan antara agama dan kehidupan. Berpolitik masih menggunakan norma-norma politik demokrasi dan maciavelis sebagai dasar pemikiran, yang menghalalkan segala macam cara untuk meraih tujuan. Tak peduli lagi kepentingan rakyat dicukupi. Kepentingan asing dan kelompoklah yang diutamakan. Masih banyak lagi perbuatan zalim lainnya yang sering dilakukan.


Sungguh, aktivitas kita sangat jauh berbeda dengan aktivitas Rasul saw. dan para Sahabat. Pada bulan Ramadhan, Rasul saw. dan para Sahabat giat berdakwah kesana-kemari menyampaikan risalah Islam tanpa kenal lelah; mengisi kajian dari satu majelis ke majelis lain; membaca al-Quran hingga beberapa kali tamat; memperbanyak sedekah; memperbanyak silaturahmi; bahkan memimpin pasukan perang menghadapi musuh-musuh Islam.


Oleh karena itu, bulan Ramadhan adalah bulan istimewa yang perlu diperhatikan secara khusus; bukan malah lepas dari perhatian kita, dengan mengisinya hanya dengan aktivitas rutinitas belaka.

Ramadhan: Jalan Menuju Takwa


Bulan Ramadhan adalah bulan menuju takwa. Hal ini dapat dipahami dari wahyu-Nya:

]يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ[

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana puasa itu telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa. (QS al-Baqarah [2]: 183).

Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan bahwa tujuan akhir dari puasa bulan Ramadhan itu adalah terbentuknya ketakwaan kaum Muslim. Berkaitan dengan hal ini, Allah SWT menegaskan:

]وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللهَ وَيَتَّقْهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ[

Siapa saja yang menaati Allah dan Rasul-Nya, takut kepada Allah, serta bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan. (QS an-Nur [24]: 52).

Berlandaskan ayat di atas, juga seperti dinyatakan oleh Imam al-Ghazali, dengan adanya ketakwaan dalam diri, setiap Muslim akan memiliki perasaan takut yang amat besar kepada Allah SWT, hanya berbakti dan tunduk kepada-Nya, serta membersihkan hati dan perbuatan dari segala dosa (Lihat: Al-Ghazali, Minhâj al-'Abidîn, hlm. 121).


Takwa bukanlah sekadar dalam bentuk aku-akuan saja. Takwa harus ditunjukkan oleh lisan, hati dan perbuatan. Banyak sekali nash-nash al-Quran yang menjelaskan bahwa bukti ketakwaan kepada Allah SWT adalah mengikuti semua apa yang dibawa oleh Rasul-Nya. Di antaranya:

]إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ L فَاتَّقُوا اللهَ وَأَطِيعُونِ [

Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepada kalian. Karena itu, bertakwalah kalian kepada Allah dan taatilah aku. (QS asy-Syu'ara [26]: 107-108).

Lebih tegas lagi, berkaitan dengan Rasulullah Muhammad saw., Allah SWT berfirman:

]وَمَا ءَاتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللهَ[

Apa saja yang dibawa Rasul kepada kalian maka ambillah; apa saja yang dilarangnya atas kalian maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kalian kepada Allah. (QS al-Hasyr [59]: 7).

Berdasarkan bahasan di atas, menjadi jelas bahwa takwa merupakan ketaatan total kepada Allah SWT dengan cara mengikuti setiap hukum dan aturan-Nya yang diwahyukan kepada Rasulullah saw. Berkaitan dengan persoalan ini, Allah SWT berfirman:

]يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلاََ تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ[

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian semua ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh nyata bagi kalian. (QS al-Baqarah [2]: 208).

Imam Ibnu Katsir menjelaskan, bahwa sebagian orang-orang Yahudi yang masuk Islam menyangka bahwa keimanan mereka tidak ternodai, sekalipun mereka tetap meyakini sebagian isi Taurat. Namun, Allah SWT menjelaskan bahwa masuk ke dalam Islam mengharuskan beriman pada seluruh apa yang diturunkan Allah SWT berupa Islam itu sendiri. Jika tidak, berarti ia telah mengikuti setan yang sebenarnya merupakan musuh yang nyata. Saat itulah turun surat al-Baqarah [2] ayat 208 dan 209 di atas.


Lebih jauh lagi, beliau memaknai ayat ini dengan menyatakan, "Allah SWT memerintahkan kepada kaum beriman dan yang meyakini kebenaran Rasulullah Muhammad saw. untuk mengambil seluruh ajaran Islam dan syariahnya, melakukan semua perintah-Nya dan meninggalkan apa pun yang Dia larang dengan sekuat tenaga." (Lihat: Tafsîr al-Qur'ân al-'Azhîm, I/307-308).


Jelas, bulan Ramadhan merupakan momentum bagi umat Islam, baik secara individual maupun kolektif, untuk menjadi orang-orang yang melakukan ketaatan penuh kepada Allah SWT dengan hanya menjalankan hukum dan aturan-aturan-Nya.

Wahai Kaum Muslim:


Setiap tahun Ramadhan datang. Sekarang pun Ramadhan sedang menemui umat Islam. Sejak Inggris menghancurkan Daulah Khilafah, sudah 85 tahun hitungan tahun Hijriah umat Islam tidak memiliki pemimpin umat dan tidak lagi hidup dalam naungan Islam. Artinya, sudah 85 kali Ramadhan tiba kaum Muslim hidup bukan diatur oleh syariah Islam. Sampai hari ini, umat Islam masih terkerat-kerat menjadi 56 serpihan negara kecil. Ukhuwah Islamiyah hanya membara di dada, tidak terbukti dalam realitas kehidupan nyata. Tatkala Irak, Afganistan dan Palestina di porak-porandakan oleh AS dan sekutunya, kita hanya bisa mengutuk dan mengecam semata. Kita tidak mempunyai daya dan upaya nyata untuk membantu saudara-saudara kita mengusir para agresor tersebut. Sampai saat ini pun saudara kita masih merana.


Sementara itu, para penguasa di negeri-negeri Muslim masih kuat loyalitas dan kepatuhannya pada negara-negara Barat kafir. Pemikiran, perasaan dan sistem hidup pemerintahan yang dipimpinnya mengambil secara bulat bukan dari Islam. Al-Quran diabaikan, dianggap sebagai ajaran abad I dan II Hijriah, tidak cocok untuk kondisi sekarang. Pandangan Montesquieu, J.J. Roussou, Plato dan para filosof Yunani lainnya dianggap lebih baik daripada ajaran al-Quran. Pada sisi lain, sebagian kaum Muslim yang ingin hidup dan memperjuangkan Islam secara kâffah mendapat banyak tantangan. Mereka dihambat, baik secara opini maupun geraknya. Kelompok tersebut dicap sebagai kelompok yang memecah-belah umat. Mereka juga dicap sebagai kelompok yang sering menebar teror dan onar sehingga layak untuk diberangus. Walhasil, tidak sedikit dari anggota kelompok mereka yang dimasukkan ke dalam penjara oleh penguasa Muslim hanya karena mereka mengatakan: "Tuhan kami Allah...."


Anehnya, intervensi dan campur tangan asing di negeri-negeri Islam yang semakin kencang dibiarkan begitu saja. Intervensi/campur tangan asing bahkan menjadi menu wajib bagi setiap penguasa Muslim. Di Indonesia, lepasnya tambang minyak di Blok Cepu ke ExxonMobile tidak lepas dari intervensi asing. Dinaikkannya harga BBM-walau sudah diketahui secara pasti akan menambah kesengsaraan rakyat-juga tidak lepas dari campur tangan asing. Begitu pula lahirnya sejumlah undang-undang semisal UU Sumber Daya Air, Kelistrikan, Penanaman Modal, dll. Intervensi tersebut di atas berjalan begitu saja tanpa penolakan sedikit pun dari Pemerintah.

Wahai Kaum Muslim:


Bulan ini adalah bulan al-Quran; bulan membaca, mengkaji, menghayati, merenungi dan mengamalkan al-Quran. Untuk itu, patutlah kiranya kita merenungkan ayat-ayat al-Quran. Di antaranya adalah ayat-ayat berikut:

]كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللهِ[

Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan bagi manusia; kalian menyuruh kemakrufan dan mencegah kemungkaran serta beriman kepada Allah. (QS Ali Imran [3]: 110).

]وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلاََ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلاََ نَصِيرٍ[

Tidak akan pernah ridha Yahudi dan Nasrani kepada engkau (Muhammad) hingga engkau mengikuti millah mereka. Katakanlah, "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)." Sesungguhnya jika engkau mengikuti kemauan mereka, setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi Pelindung dan Penolongmu (QS al-Baqarah [2]: 120).

]وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ اْلإِسْلاََمِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي اْلآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ[

Siapa saja yang menjadikan selain Islam sebagai dîn (agama, sistem hidup) maka tidak akan diterima apapun darinya dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi. (QS Ali Imran [3]: 85).

]الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ اْلإِسْلاََمَ دِينًا[

Hari ini telah Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian, telah Aku cukupkan nikmat-Ku untuk kalian, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama kalian. (QS al-Maidah [5]: 3).

]وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ[

Siapa saja yang tidak berhukum dengan apa yang Allah turunkan, mereka itulah orang-orang kafir. (QS al-Maidah [5]: 44).

]أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ[

Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki? Siapakah yang lebih baik hukumnya daripada Allah? (QS al-Maidah [5]: 50).

Dari ayat-ayat itu, jelas bahwa kaum Mukmin diperintahkan untuk menyelesaikan berbagai persoalan hanya dengan Islam. Sudahkah kita tunduk pada syariah-Nya? Inilah saatnya. Wallâhu a'lam bi ash-shawâb. []

KOMENTAR AL-ISLAM:
Dubes Lynn Pascoe: Kami Tak Berlakukan Standar Ganda (Kompas, 12/9/06).
Benar. Standar AS sebagai pengusung utama ideologi Kapitalisme adalah satu: manfaat/kepentingan.

No comments: